Monday, October 24, 2016

Halo (Bahasa)

Kita semua pasti udah biasa banget ya denger kata halo. Biasanya orang pake kata ini buat memulai percakapan, khususnya di telepon.

Kata halo sendiri menurut gue adalah kata yang manis, ditambah kalo ngucapinnya pake senyum. Yaaa.. gak usah halo juga deh, mungkin kata assalamu'alaikum dan hai juga manis menurut gue. Lalu kenapa gue bahas tentang halo sekarang?

Buat kalian (atau bahkan gue juga) yang suka nyapa orang duluan pasti gak ada pikiran gengsi atau gimana karena balik lagi,  menurut gue sebuah kata sapa itu manis, kadang bisa bikin senyum sendiri, mengenang masa lalu, atau bahkan langsung kepikiran prospek ke depan hidup bersama si pembawa sapa. (Loh?)

Lalu apa yang terjadi dengan halo sekarang? Halo disaat semua sudah beranjak dewasa?

  • Bukan suatu hal yang aneh kalo setelah lulus SMA, temen-temen lu punya kehidupan sendiri.
  • Bukan suatu hal aneh juga, temen lu bisa seneng-seneng tanpa lu.
  • Bukan suatu hal aneh kalo saat tiba-tiba temen lu yang tadinya selalu curhat sama lu, terus dia curhatnya jadi ke orang lain.
  • Bukan suatu hal aneh, kalo temen lu sukses, lu gak ada di saat-saat menyenangkan hidupnya karena lu gak dikasih tau. Paitnya, lu tau dia sukses cuma lewat sosial media.

Kita, sebagai manusia pasti bertransformasi dan menjalani masa puber. Yang tadinya gendut, gedenya kurus. Yang tadinya butek, gedenya bening. Dan sebaliknya.

Saat umur memasuki 20-an, bakal berasa yang namanya mau nyapa tapi takut. Takut orang yang disapa ini gak kenal siapa kita (lupa). Takut mereka malah ngerasa risih.

Karena pasti ada dari kalian semua yang nyapa temen lama tapi malah jadi kikuk... Ya gak sih...

Walau banyak orang yang bilang "sapa aja kalo ketemu", tapi menurut gue kalimat itu gak mudah buat dilakuin.

Takut untuk dilupakan walau hubungannya hanya sebatas "cuma tau", "pernah kenal", "temen", dan "sahabat" adalah hal wajar bukan?

Wednesday, September 7, 2016

Last but not least

Last but not least.

As the name of the title, this story will be about something that will last, and yes, not the least.

Being in college for about 3 years is making me such a different person because I met so many people like from all around the world. No, not the world. All around Indonesia? Maybe, but not like that either.

People say that studying abroad is hard because you are far far away from your home.
What about those who study in other city or even other province or other island? What about those who come home twice in a year? What about that? What about me?

That's hard too. Like, real hard. Not only because I am far from home but also because it is hard to adapt with a different culture in such a multicultural country. So many differences between living in my neighborhood and here, in the "abroad" of mine.

What is the last from all of these?

What last is.. hopefully this is the last semester that I will take. Seventh semester. The last semester that I will study about public administration in here, Jenderal Soedirman University.
I don't wanna have another semester. It's enough for me.

I'd rather go to other country than being here..

It's not because the univ is kind of bad. Nope. But I can't stand with the ideology of them who are always saying yes for things that is not even true. Not even right.

So, this is just the little cringe of my heart after all this time.
Last but not the least. I hope this is the LAST semester I have here.
But, I don't wanna stop studying. I wanna keep learning and knowing about new things.
Hopefully, there is such a way for me to learn things in a good surroundings.

Sunday, January 3, 2016

Pengadilan Negeri Palembang menggagalkan gugatan Pemerintah mengenai kasus Kebakaran Hutan

Hari ini hari Minggu, dan besok gue UAS. Terus kenapa? :(

Siang tadi, gue lagi nge scroll timeline line dan nemu postingan Tatank Galaw dan Hidden Secret yang isinya kira kira begini:




Awalnya gue bingung ini apaan. Gataunya ini mbahas tentang PN Palembang yang menggagalkan gugatan Pemerintah (KLHK) pada PT Bumi Mekar Hijau.
You can see the news here

Shock. Banget.
Entah kenapa gue ngerasa nyesek banget sampe akhirnya gue memutuskan untuk nulis disini setelah vakum 5 abad.
Gue kena asep aja ngga waktu itu. Tapi gue nyesek.
Kebayang gak apa yang dirasain sama korban kabut asap beneran saat tau hasil keputusannya?

Lucu ya. Lucu banget. Sampe mau ketawa aja gak bisa.
Miris....

Tu olang pas kecil makannya kebanyakan mecin keknya makanya bisa-bisanya ngelawak dengan menuturkan keputusan seperti itu.

Hal ini banyak dibahas di media sosial, dan gue liat komen-komen dari masyarakat juga wajar kayanya.
"Bunuh aja anaknya, kan ibunya bisa ngelahirin lagi"
"Gue sedikit menyesal tinggal di Indonesia"
dan komentar dengan kata-kata kasar lainnya.

This is real.
Tega nggak sih lo liat sampe2 ada yang nyesel tinggal di Indonesia karena kelakuan petingginya yang lucu-lucu?
Karena ulah lucu hakim kita, banyak orang Indonesia yang mencaci. Tentunya ini gak baik untuk psikologis masyarakat.

Pengalaman pribadi, orang terdekat gue sendiri pun pernah "stress" sampe masuk yayasan di rehab karena masalah jaman Orde Baru. Masalah yang secara gak langsung menyentuh, tetapi cukup memberatkan kepala untuk cuma dipikirkan.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Rakyat sampe malu ngakuin sebagai orang Indonesia karena kondisi hukum yang kacau. Belum lagi kemaren-kemaren rame bener urusan sidang MKD soal kasus Setya Novanto yang.. au dah males bahasnya. Mumet.

Cih. Padahal kita punya banyak hal yang bisa dibanggain, tapi semuanya ketutup karena perilaku pejabat yang suka seenaknya.

Gue makin merinding pas gue liat website PN Palembang yang dihack. Isinya tentang kekecewaan masyarakat terkait keputusan Hakim.



Gue gatau lagi mau ngomong apa.